Petunjuk Membangun ISP di Daerah
(Warnet Mini ISP dan RT/RW Net)
Kondisi di Daerah
Masalah mendasar di daerah adalah keterbatasan infrastruktur, terutama untuk akses Internet yang memadai. Ada akses Telkomnet Instan di sekitar 240 kota namun tentu saja ini tidak layak untuk akses massal. Produk ini positioningnya untuk akses personal sehingga kapasitasnya sangat terbatas.
Banyak warnet di daerah menggunakan layanan Telkomnet Instan karena tidak ada pilihan. Banyak kelemahan, antara lain tak bisa digunakan untuk akses banyak komputer sekaligus, tak ada IP Address publik digunakan untuk service yang diperlukan misalnya mail server atau web server. Akibatnya dengan demikian layanan tidak bisa berkembang atau dengan kata lain bisnis menjadi tidak maju, stagnan.
Sedangkan yang dibutuhkan warnet, pemda dan lembaga pendidikan biasanya adalah akses massal yang memerlukan kapasitas besar. Kalaupun ada koneksi 24 jam dedicated di daerah, umumnya juga terbatas kapasitasnya. Sehingga seringkali tidak mencukupi kebutuhan serta mahal.
Akses ISP Lokal
Layanan Lintas Langit Nusantara melengkapi kebutuhan kapasitas dan melakukan reduksi biaya akses Internet pada daerah yang telah ada koneksi dedicated namun rendah kualitas dan terbatas kapasitasnya. Terutama untuk akses DVB Downstream only yang paling ekonomis biaya investasinya. Layanan DVB ini memerlukan akses dedicated ke ISP lokal di lokasi calon pelanggan, sebagai akses upstream dan IIX.
Sehingga untuk calon pelanggan di daerah, harus diupayakan terlebih dahulu untuk menyediakan akses dedicated dari ISP lokal setempat. Alternatif pertama adalah menggunakan layanan wireless dedicated dari Indosat Mega Media atau Indo Internet atau LC Frame Relay Lintas Arta. Bila layanan dari ketiga ISP tersebut tidak tersedia di lokasi, maka pilihan kedua adalah LC dari Astinet Telkom. Alternatif lain adalah koneksi wireless Wasantara Net (WNet).
Selain dari ISP yang disebutkan di atas, ada kemungkinan ISP lain bisa memberikan layanan yang akan dibutuhkan oleh calon pelanggan. Karena saat ini cukup banyak ISP Lokal yang berdiri sendiri di daerah dan mungkin bisa bekerja sama. Keterangan lengkap bisa ditanyakan kepada ISP tersebut.
Apabila ISP lokal yang ada belum bisa menyediakan akses wireless, mungkin karena belum menguasai, maka Lintas Langit Nusantara bisa membantu dan memasang sendiri peralatan WLAN. Yang diperlukan adalah ijin akses dan penempatan peralatan di lokasi ISP lokal bersangkutan.
Investasi Akses ISP Lokal
Akses dari ISP lokal memerlukan biaya investasi tersendiri. Komponennya adalah pengadaan perangkat akses. Ada tiga pilihan yaitu Leased Line (LC - Leased Channel) , Frame Relay dan Wireless LAN.
Perangkat LC
1. Sepasang modem baseband (second hand) sekitar 6 juta rupiah (one time)
2. Router Cisco 2500 series (second hand) sekitar 4 juta rupiah (one time)
3. Registrasi LC Telkom dan biaya instalasi 2 juta rupiah (one time)
4. Akses Internet Astinet 64 kbps sekitar 5 - 9 juta rupiah per bulan
5. Sewa link LC Telkom sekitar 1.5 juta rupiah per bulan
6. Kapasitas hingga 256 kbps
7. Total investasi 12 juta rupiah.
Catatan : Alternatif pengadaan perangkat akses adalah sewa, tarif sewa bervariasi.
Perangkat Frame Relay
1. Sepasang modem Frame Relay (second hand) sekitar 6 juta rupiah (one time)
2. Router Cisco 2500 series (second hand) sekitar 4 juta rupiah (one time)
3. Registrasi Frame Relay Lintas Arta dan biaya instalasi 2 juta rupiah (one time)
4. Akses Internet Lintas Arta 64 kbps sekitar 7 - 9 juta rupiah per bulan
5. Kapasitas hingga 2 Mbps
6. Total investasi 12 juta rupiah.
Catatan : Alternatif pengadaan perangkat akses adalah sewa, tarif sewa bervariasi.
Perangkat Wireless LAN
1. Sepasang Wireless LAN point to point sekitar $ 900 termasuk instalasi (one time)
2. Tower triangle 32 meter sekitar 7 juta rupiah atau per meter 200 ribu rupiah (one time)
3. Akomodasi dan transportasi tower sekitar 1 - 2 juta rupiah (Pulau Jawa)
4. Biaya sewa lokasi di ISP Lokal, tarif bervariasi
5. Kapasitas hingga 1 Mbps
6. Total investasi 18 juta rupiah.
Catatan : Khusus untuk perangkat akses Wireless LAN local loop (point to point) Indosat Mega Media adalah sewa, tarif 2 - 4 juta rupiah per link per bulan.
Akses Internet dedicated dari ISP lokal tersebut kemudian akan digabungkan dengan layanan akses DVB One Way (Downstream Only) dari Lintas Langit Nusantara untuk mempercepat dan meningkatkan saluran Internet ke Internasional. Akses Internet dari ISP lokal (Astinet atau WNet) akan digunakan sebagai saluran request (upstream) dan ke IIX (Indonesia Internet Exchange).
Sehingga dengan demikian, akan terjadi efisieni akses karena terpisah mana yang jalur Internasional dan mana lokal IIX. Sehingga maksimalisasi akan terjadi di kedua sisi.
Alternatif Layanan DVB One Way (Downstream Only)
(Kombinasi Dengan Akses Internet dari ISP Lokal)
Koneksi DVB downstream tujuannya adalah memaksimalkan kapasitas dan kualitas akses untuk kedua sisi link, yaitu ke isp lokal (IIX dan request internasional) dan downstream dari internasional. Pada kondisi calon pelanggan hanya menggunakan link dari isp lokal, misalnya 128 kbps, maka kapasitas saluran itu pada dasarnya akan digunakan untuk :
1. upstream ke IIX
2. downstream dari IIX
3. upstream ke internasional
4. downstream dari internasional
Dengan kombinasi downstream DVB, maka akan terjadi efisiensi untuk link isp lokal terutama ke IIX :
1. upstream ke IIX
2. downstream dari IIX
3. upstream ke internasional
Efisiensi downstream dari internasional akan sepenuhnya menggunakan link dari akses DVB. Umumnya karakteristik penggunaan internet di Indonesia sebagian besar adalah untuk download data dari saluran internasional. Kebutuhan kapasitasnya mencapai 4 kali lipat dari akses ke IIX (domestik, lokal Indonesia).
Kapasitas upstream / request internasional yang melalui link isp lokal kebutuhannya tidak terlalu besar, sekitar 1/8 kapasitas downstream. Jadi kalau downstream internasional dengan DVB kapasitasnya 256 kbps akan membutuhkan kapasitas upstream sekitar 32 kbps di link isp lokal. Akan lebih baik bila rasio dinaikkan sampai 1/4 kapasitas.
Dengan dialihkannya akses internasional ke DVB, maka link ISP lokal akan dapat dimaksimalkan untuk akses IIX termasuk games online yang saat ini sedang marak. Dengan kata lain, akses games online ke IIX akan lebih leluasa sementara akses internasional juga tidak terganggu.
Perangkat Akses DVB One Way (Downstream Only)
1. Antena parabola mesh (jaring laba2) biasa ukuran 12 feet, harga sekitar 2.5 juta rupiah (one time)
2. Low Noise Blocker (LNB) 15 Kelvin, merk lokal harga sekitar 250 - 300 ribu rupiah (one time)
3. Jasa pemasangan dan alignment (pointing) ke satelit Agila-2 dari teknisi Toko Parabola setempat
4. PC refurbish (Router DVB) harga sekitar 2 juta rupiah (one time)
5. DVB Card PCI harga sekitar $ 250 (one time)
6. Kapasitas hingga 3 Mbps
7. Total investasi 7 juta rupiah.
Distribusi Domestik
Infrastruktur yang digunakan untuk distribusi domestik dari NOC ISP ke lokasi pelanggan menggunakan teknologi WLAN. Coverage area bisa mencapai radius 4 - 6 km dengan antena omnidirectional 24 dbi, Access Point dan tower minimal 32 m di titik NOC. Investasi distribusi domestik :
1. 1 Access Point ($ 750 - one time), melayani 16 sampai 32 outstation, tergantung alokasi kapasitas
2. 1 Omnidirectional Antenna 15 dbi ($ 350 - one time), dengan lightning arrester
3. Tower triangle 32 meter sekitar 7 juta rupiah atau per meter 200 ribu rupiah (one time)
4. Akomodasi dan transportasi tower sekitar 1 - 2 juta rupiah (Pulau Jawa)
5. Biaya variable meliputi kabel ethernet (UTP), kabel power (listrik) dan box radio
6. Troughput WLAN 802.11b maximum sekitar 1 Mbps untuk aplikasi outdoor
7. Total investasi 20 juta rupiah.
Sedangkan biaya investasi CPE (Client Premise Equipment) untuk setiap titik lokasi outstation berkisar antara $ 400 - $ 500. Tidak termasuk Biaya variable tergantung kondisi instalasi meliputi kabel ethernet (UTP), kabel power (listrik) dan box kandang monyet untuk radio dan tower atau pipa.
Investasi Kantor dan Network Operation Center (NOC)
(Asumsi Gedung / Kantor Milik Sendiri)
1. 5 PC Server (Web, DNS, Router, Mail, Proxy), sekitar 20 juta rupiah
2. 2 KVM Switch, 5 UPS untuk Server, 1 UPS untuk wireless 5 juta rupiah
3. 1 Manageable Switch 16 atau 24 port, refurbish, sekitar 5 juta rupiah
4. 1 Office Switch 16 port dan 1 Workshop Switch 5 port, sekitar 4 juta rupiah
5. Stabilizer, grounding listrik, surge protector, sekitar 5 juta rupiah
6. 5 PC Office Desktop dan 2 PC Workshop, sekitar 21 juta rupiah
7. Network, WLAN dan Working Tool Kit, sekitar 5 juta rupiah
8. 2 AC dan Office Furniture, sekitar 10 juta rupiah
9. Total Investasi 75 juta rupiah.
Catatan : Asumsi menggunakan Operating System dan Software/Utility Open Source.
Biaya Produksi dan Harga Jual Layanan
(Perhitungan Sederhana Asumsi Maksimal)
Bandwidth
1. Asumsi kapasitas 128 kbps upstream ke ISP lokal, sekitar 12 juta rupiah per bulan
2. Asumsi kapasitas downstream DVB 512 kbps, sekitar $ 1.270 (12 juta rupiah) per bulan
3. Biaya registrasi dan deposit untuk 512 kbps downstream, sekitar $ 900 (one time)
4. Total biaya akses sekitar 24 juta rupiah per bulan.
Operasional
1. Manajer, sekitar 2 juta rupiah per bulan
2. Administrasi, sekitar 1 juta rupiah per bulan
3. Network Administrator, sekitar 1 juta rupiah per bulan
4. 2 orang Teknisi lapangan, sekitar 1.5 juta rupiah per bulan
5. 1 orang Marketing, sekitar 1 juta rupiah per bulan
6. Listrik, ATK, telepon dan lain-lain, sekitar 1.5 juta rupiah per bulan
7. Total operasional 8 juta rupiah per bulan.
Maka total biaya produksi sebuah ISP di daerah adalah sekitar 32 juta rupiah per bulan dengan kapasitas terpasang 128 kbps upstream dan 512 kbps downstream.
Proyeksi Pendapatan
Kapasitas 128 kbps upstream dan 512 kbps downstream bisa dipergunakan untuk akses bersama 128 unit pc workstation dengan standar kualitas normal setara dial up sekitar 4 kbps. Bila digunakan untuk warnet, akses tersebut dapat dibagi lagi ke 8 warnet @ 64 kbps/16 pc atau 16 warnet @ 32 kbps/8 pc.
ISP umumnya memberi tarif 3 juta rupiah per bulan untuk kapasitas 32 kbps dan 5 juta rupiah per bulan untuk kapasitas 64 kbps. Maka proyeksi pendapatan adalah sebesar 8 warnet x 5 juta rupiah = 40 juta rupiah per bulan atau 16 warnet x 3 juta rupiah = 48 juta rupiah per bulan. Maka keuntungan kotor (gross) sebelum pajak dan pengembalian investasi akan mencapai 8 - 16 juta rupiah per bulan.
Personal dan RT/RW Net
Dengan memaksimalkan kemampuan traffic manajemen, sebuah ISP di daerah bisa melakukan rasio akses berdasarkan alokasi idle capacity pelanggan dedicated (warnet, sekolah, perusahaan dll) untuk kemudian dialokasikan pada akses personal dan RT/RW Net. Karakteristik pengguna Internet rumahan adalah intermittent - on demand, tidak bersamaan dan tidak terus menerus. Sehingga ini bisa dilakukan sharing ratio, dikombinasi dengan idle capacity yang ada.
Idle capacity untuk kapasitas akses seperti diasumsikan di atas bisa mencapai 16 - 32 kbps usptream dan 64 - 128 kbps downstream. Kapasitas ini bisa dialokasikan antara 8 hingga 16 pelanggan personal RT/RW Net. Baik yang dilayani menggunakan kabel ethernet di sekitar lokasi BTS atau NOC ISP maupun akses melalui short range WLAN Outdoor. Misalnya untuk jarak 500 m hingga 1 km bisa menggunakan antena kaleng susu. Dengan demikian biaya CPE bisa ditekan hingga sekitar $ 200 saja.
Pada umumnya ISP memberikan tarif 300 ribu rupiah per bulan untuk akses personal dedicated RT/RW Net. Sehingga potensi mendapatkan proyeksi pendapatan sebesar 8 x 300 ribu rupiah = 2.4 juta rupiah atau 16 x 300 ribu rupiah = 4.8 juta rupiah sebagai tambahan. Dengan harga 300 ribu rupiah, pelanggan akses personal dedicated RT/RW Net akan mendapatkan kapasitas akses lebih baik dari dial up (4 - 8 kbps) flat 24/7. Meskipun demikian, profil calon pelanggan yang akan tertarik dengan akses personal ini adalah mereka yang terbiasa menggunakan akses dial up di atas 30 jam per bulan dengan kemampuan atau daya beli yang cukup tinggi untuk investasi perangkat CPE.
Potensi segmen pasar yang sejenis dengan personal dedicated adalah Corporate SOHO (Small Office Home Office) yang membutuhkan akses Internet biaya tetap / flat untuk mendukung operasional kantor.
Karakteristik pengguna SOHO adalah akses maksimal (peak) pada jam kerja (work hours), ini bertolak belakang dengan pengguna personal rumahan yang melakukan akses maksimal setelah jam kerja atau after hours. Dalam hal potensi rasio sharing, maka antara pengguna SOHO dan personal rumahan dapat dikombinasikan, sehingga memungkinkan penambahan pendapatan bagi ISP di daerah.
Proyeksi Pengembalian Modal / BEP
(Asumsi Sebelum Pajak dan Jasa Setup ISP)
Rincian investasi :
1. LC / Frame Relay / WLAN akses upstream ke ISP lokal, maksimal 20 juta rupiah
2. Perangkat DVB One Way, termasuk instalasi, maksimal 7 juta rupiah
3. Perangkat distribusi domestik, maksimal 20 juta rupiah (termasuk tower)
4. Kantor dan NOC, maksimal 74 juta rupiah
5. Registrasi dan deposit, maksimal 9 juta rupiah
6. Total investasi, maksimal 130 juta rupiah.
Dengan asumsi pendapatan kotor (gross) maksimal bisa mencapai sekitar 8 - 16 juta rupiah per bulan dengan penambahan dari segmen pasar personal hingga sekitar 5 juta rupiah. Maka per bulan akan di peroleh maksimal sekitar 20 juta rupiah. Teoritis, investasi 130 juta rupiah dibagi potensi pendapatan 20 juta rupiah per bulan akan menghasilkan tingkat pengembalian investasi dalam jangka waktu 7 bulan di luar grace period dsb..
ISP Pendidikan
Apabila penyelanggara ISP di daerah ini untuk kepentingan pendidikan/sekolah/kampus. Dengan asumsi penyelenggara akses tidak mengambil keuntungan, maka setiap sekolah akan menanggung iuran akses Internet sebesar 24 juta rupiah / 16 sekolah = 1.5 juta rupiah per bulan.
Akses tersebut bisa dipergunakan untuk 16 sekolah sekaligus. Dengan asumsi penggunaan akses yang tidak excessive, maka tiap sekolah bisa menambah jumlah komputernya dari standar 8 unit pc menjadi 10 atau 12 pc. Tentu ada pengorbanan kualitas, namun tidak signifikan. Namun harus dilakukan pengaturan melalui proxy (cache engine) dan traffic limiter (QoS) di sisi penyelenggara (Network Operation Center) ISP Pendidikan.
Untuk membantu biaya operasional dan maintenance, selain mendapatkan subsidi dari anggaran oleh lembaga pendidikan, jaringan ini bisa dikombinasikan dengan layanan komersial. Kapasitas yang ada juga didistribusikan untuk melayani warnet/SOHO/RT/RW Net di sekitar lokasi.
Kenyataan sangat sulit melakukan perhitungan ekonomi yang sustainable apabila suatu ISP beroperasi berbasis pasar dari dunia pendidikan saja. Tak dapat dihindari apabila ISP pendidikan juga harus punya orientasi komersial demi kelangsungan hidupnya sendiri. Hasil yang diperoleh bisa digunakan sebagai modal pengembangan, karena ISP pendidikan umumnya sulit mendapatkan komitmen reinvestment.
Dengan mengurangi keuntungan kotor dan operasional maksimal 32 juta rupiah per bulan, diperlukan sekitar 50 % komposisi alokasi kapasitas untuk layanan komersial. Dengan rasio berorientasi kuantitas, dapat dipenuhi standar harga yang dikehendaki oleh pasar pendidikan sekitar 1.5 juta. Angka tersebut adalah maksimal, dalam arti tidak dapat lebih rendah lagi dan jumlah maksimum institusi yang bisa dilayani adalah 8. 16 - 32 institusi dengan penambahan investasi BTS.
Lisensi ISP (Call Yahoo Messenger)
DVB RCS Access
Apabila tidak tersedia akses upstream dedicated dari ISP lokal, maka solusi satu-satunya adalah akses VSAT Two Way. Tentu saja biaya investasi masih cukup mahal. Solusi paling ekonomis adalah DVB RCS Linkstar. Investasi VSAT Equipmentnya paling rendah, $ 7000. Biaya bulanannya 128 kbps upstream dan 512 kbps down adalah $ 1920. Masih setara dengan perhitungan pertama tadi (DVB Downstream Only).
Namun perlu menjadi catatan, akses DVB RCS ini adalah burstable atau sharing kapasitas dengan pengguna DVB RCS lainnya. Sehingga idealnya perhitungan kapasitas yang bisa diandalkan adalah sekitar 1/2 dari 128/512 tersebut pada saat peak (penuh). Meskipun demikian, Linkstar DVB RCS tetap merupakan pilihan paling rasional untuk daerah yang tidak tersedia infrastruktur akses upstream dedicated sama sekali.
SCPC Two Way
Solusi ini adalah yang paling mahal dan terbaik, karena ditujukan untuk enterprise. Ada 2 pilihan yaitu kombinasi SCPC upstream dan DVB downstream :
1. SCPC upstream dan DVB downstream, harga peralatan sekitar $ 20,000
2. Bulanan 128 kbps SCPC upstream $ 525 dan 512 kbps DVB downstream $ 1.270
3. Kombinasi harga paling rendah dengan kualitas terbaik dari sistem SCPC dan DVB
Pilihan kedua adalah akses Full Duplex SCPC, upstream dan downstream :
1. SCPC dua arah, harga peralatan sekitar $ 30,000
2. Biaya bulanan 128 kbps SCPC upstream $ 525 dan 512 kbps SCPC downstream $ 1.870
3. Solusi VSAT terbaik dari segi kualitas dan mendukung kapasitas simetrik hingga 8 Mbps
Sistem SCPC biasanya dipilih karena ia sepenuhnya dedicated. Setiap nodes/titik akan menempati slot frekuensi yang berbeda di satelit sehingga sangat andal dari gangguan interferensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar